Posted by : ekoholic Senin, 06 Februari 2012


Di Indonesia khususnya di Jawa pada bulan Ruwah ( kalender Jawa ) ada tradisi yang dinamakan Ruwatan. Bentuk –bentuk Ruwatan ini dapat berupa bersih Desa ,Ruwah desa atau lainnya. Di  Sidoarjo tepatnya di Ds. Balongdowo Kec. Candi  ada tradisi masyarakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah pada saat bulan purnama. Pada th. 1994 tradisi tersebut jatuh pada  tanggal 21 Januari.
Nyadran Sidoarjo
Pelepasan Sesajian
Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini merupakan adat bagi para nelayan kupang desa Balongdowo sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kegiatan Nyadran berupa Pesta peragaan cara mrngambil kupang di tengah laut selat Madura. Berbeda dengan cara Petik laut di Banyuwangi,larungan di Blitar atau Labunan di Malang, maka Nyadran di Sidoarjo mempunyai ciri khas tersendiri. Kegiatan Nyadran dilakukan oleh masyarakat Balongdowo yang mata pencaharian sebagDi Indonesia khususnya di Jawa pada bulan Ruwah ( kalender Jawa ) ada tradisi yang dinamakan Ruwatan. Bentuk –bentuk Ruwatan ini dapat berupa bersih Desa ,Ruwah desa atau lainnya. Di  Sidoarjo tepatnya di Ds. Balongdowo Kec. Candi  ada tradisi masyarakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah pada saat bulan purnama. Pada th. 1994 tradisi tersebut jatuh pada  tanggal 21 Januari.

Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini merupakan adat bagi para nelayan kupang desa Balongdowo sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk kegiatan Nyadran berupa Pesta peragaan cara mrngambil kupang di tengah laut selat Madura. Berbeda dengan cara Petik laut di Banyuwangi,larungan di Blitar atau Labunan di Malang, maka Nyadran di Sidoarjo mempunyai ciri khas tersendiri. Kegiatan Nyadran dilakukan oleh masyarakat Balongdowo yang mata pencaharian sebagai nelayan kupang, pada siang harinya sangat disibukkan dengan kegiatan persiapan pesta upacara meski puncak acaranya pada tengah malam.

Laki-laki, Perempuan  besar kecil semuanya melakukan kegiatan sesuai tugas masing-masing, ada yang menghias perahu,memasang sound system dan sebagainya. Khususnya ibu-ibu melakukan kegiatan menyiapkan makanan yang akan dibawa ke pesta upacara Nyadran di selat Madura ( pantai timur Sidoarjo ) serta menyiapkan sajen . Sajen yang disiapkan berupa ayam panggang , nasi dan pisang serta kue dimasukkan dalam tomblok. Kegiatan persiapan ini berlangsung sampai sore hari dilanjutkan kenduri di masing-masing rumah para nelayan kupang.

Pada malam hari disepanjang jalan dan tepian sungai desa balongdowo suasananya sangat ramai dipenuhi oleh masyarakat dan pedagang kaki lima baik dari penduduk setempat maupun diluar Kec. Candi, sehingga kedengaran hiruk pikuk dibarengi para remaja berjoget diatas perahu. 
Uniknya meski hujan mengguyur mulai sore hari tidak menjadi penghalang  bagi para pengunjung bahkan semakin malam semakin berdesakan untuk menyaksikan pemberangkatan iring-iringan perahu menuju ke pesta Nyadran di laut Selat Madura. Pemberangkatan bergantung pada keadaan air sungai. Sekitar pukul 02.00 WIB. Saat air laut surut, iring-iringan perahu mulai berangkat . Jumlah perahu yang mengikuti Nyadran th. 1994 sekitar  50  perahu.

Perjalanan dimulai dari Balongdowo Kec, Candi menempuh jarak 12 Km. Menuju dusun Kepetingan Ds. Sawohan Kec. Buduran. Suasana perjalanan menyenangkan walau dinginnya malam menusuk tulang disertai guyuran hujan. Hanya lampu-lampu petromak dalam perahu dan sorotan lampu senter sebagai tepunjuk jalan. Dalam suasana tersebut tidak henti-hentinya anak-anak muda berjoget  diatas perahu seakan tak merasakan dinginnya malam.

Perjalanan ini melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali pecabean, Kedung peluk dan Kepetingan ( Sawohan ). 
Masyarakat berdesak ditepian Bandar kali Balongdowo untuk menyambut pemberangkatan iring-iringan  perahu dengan antusias dan meriah. Ini menunjukkan bahwa nyadran mendapat simpati perhatian dari masyarakat Kec. Candi khususnya, masyarakat. Ds. Balongdowo dan sekitarnya.

Ketika iring-iringan perahu sampai di muara kali Pecabean perahu yang ditumpangi anak balita membuang seekor ayam. Konon menurut cerita  dahulu ada orang yang  mengikuti acara Nyadran dengan membawa anak kecil dan anak kecil tersebut kesurupan. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut masyarakat Balongdowo percaya bahwa dengan membuang seekor ayam yang masih  hidup ke kali Pecabean maka anak kecil yang mengikuti nyadran akan terhindar dari kesurupan/malapetaka. Sekitarpukul. 04.30 WIB. Peserta iring-iringan perahu tiba di dusun Kepetingan Ds. Sawohan . Rombongan peserta nyadran langsung menuju makam dewi  Sekardadu  untuk mengadakan makan bersama. Sambil menunggu fajar tiba, peserta nyadran tersebut berziarah, bersedekah, dan berdoa di makam tersebut agar berkah terus mengalir. Menurut cerita rakyat Balongdowo Dewi sekardadu itu putri dari Raja Blambangan  yang bernama Minak Sembuyu  yang pada waktu meninggalnya dikelilingi “ ikan kepiting “ itulah sebab mengapa dusun tersebut dinamakan Kepetingan. Tetapi orang-orang sering menyebut Dusun Ketingan.

Setelah dari makam Dewi Sekardadu, sekitar pukul 07.00WIB. Perahu-perahu itu menuju selat Madura yang berjarak sekitar 3 Km. Perjalanan cukup menarik bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti  pesta nyadran sebab disisi  kiri dan kanan perahu dipenuhi dengan  tumbuhan bakau yang dihiasi panorama terbitnya sinar Matahari . Sering kali  dijumpai burung bangau beterbangan terusik oleh deru mesin  perahu. Tidak dibayangkan sebelummya kedalaman pantai timur Sidoarjo ternyata cukup dangkal sehingga anak-anakpun dapat turun kelaut untuk sekedar mandi atau ikut mencoba mencari kupang.
Makam Dewi Sekardadu


Suasana lain yang menambah semaraknya peragaan cara maengambil kupang adalah anak-anak muda yang dengan perahunya  berputar – putar  sambil berjoget seakan-akan tidak merasa lelah. Bagi ibu-ibu dan anak kecil dengan lahapnya menyantap bekal yang telah disiapkan dari rumah sambil melihat remaja-remaja berjoget dan orang-orang berperahu ke laut dengan disertai hembusan angin laut.

Cukup mengesankan jika dilihat dari kejauhan berpuluh puluh perahu warna warni hilir mudik di tengah laut, tidak seorangpun tampak susah semua bergembira, berjoget, berpesta dan makan –makan bersama diatasperahu. Itulah yang oleh masyarakat Balongdowo dinamakan Nyadran.

Sekitar pukul 10.00 WIB. iring-iringan perahu tersebut mulai meninggalkan selat Madura. Kemudian mereka kembali ke Ds Balongdowo. Sepanjang Perjalan pulang ternyata banyak masyarakat berjajar di tepi sungai menyambut iring-iringan perahu tiba. Mereka minta berkat/makanan yang dibawa oleh peserta nyadran dengan harapan agar mendapat berkah.

Mengikuti pesta nyadran ternyata  cukup menyenangkan dan mengesankan, banyak  kegiatan dari nyadran ini  dapat dikembang kan  sebagai obyek pariwisata di Kab. Sidoarjo. Misalnya saja proses pembuangan ayam, Ziarah ke makam Dewi Sekardadu, pemandangan hutan bakau dan  mandi di tengah laut sambil mencari kupang.

Sebenarnya ada satu proses dari pesta nyadran ini yaitu “ Melarung tumpeng “ Proses ini dilakukan di muara /Clangap ( pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo ) Proses ini diadakan bila ada pesta Nyadran atau nelayan kupang yang mempunyai nadar /kaul. Potensi wisata ini bila dikembangkan dan dikemas dengan baik bukan tidak mungkin akan dapat menambah pendapatan asli daerah. Bila hal ini dapat terwujut maka ini merupakan obyek wisata bahari pertama di Sidoarjo.ai nelayan kupang, pada siang harinya sangat disibukkan dengan kegiatan persiapan pesta upacara meski puncak acaranya pada tengah malam.

Laki-laki, Perempuan  besar kecil semuanya melakukan kegiatan sesuai tugas masing-masing, ada yang menghias perahu,memasang sound system dan sebagainya. Khususnya ibu-ibu melakukan kegiatan menyiapkan makanan yang akan dibawa ke pesta upacara Nyadran di selat Madura ( pantai timur Sidoarjo ) serta menyiapkan sajen . Sajen yang disiapkan berupa ayam panggang , nasi dan pisang serta kue dimasukkan dalam tomblok. Kegiatan persiapan ini berlangsung sampai sore hari dilanjutkan kenduri di masing-masing rumah para nelayan kupang.

Pada malam hari disepanjang jalan dan tepian sungai desa balongdowo suasananya sangat ramai dipenuhi oleh masyarakat dan pedagang kaki lima baik dari penduduk setempat maupun diluar Kec. Candi, sehingga kedengaran hiruk pikuk dibarengi para remaja berjoget diatas perahu. 
Uniknya meski hujan mengguyur mulai sore hari tidak menjadi penghalang  bagi para pengunjung bahkan semakin malam semakin berdesakan untuk menyaksikan pemberangkatan iring-iringan perahu menuju ke pesta Nyadran di laut Selat Madura. Pemberangkatan bergantung pada keadaan air sungai. Sekitar pukul 02.00 WIB. Saat air laut surut, iring-iringan perahu mulai berangkat . Jumlah perahu yang mengikuti Nyadran th. 1994 sekitar  50  perahu.


Perjalanan dimulai dari Balongdowo Kec, Candi menempuh jarak 12 Km. Menuju dusun Kepetingan Ds. Sawohan Kec. Buduran. Suasana perjalanan menyenangkan walau dinginnya malam menusuk tulang disertai guyuran hujan. Hanya lampu-lampu petromak dalam perahu dan sorotan lampu senter sebagai tepunjuk jalan. Dalam suasana tersebut tidak henti-hentinya anak-anak muda berjoget  diatas perahu seakan tak merasakan dinginnya malam.

Perjalanan ini melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali pecabean, Kedung peluk dan Kepetingan ( Sawohan ). 
Masyarakat berdesak ditepian Bandar kali Balongdowo untuk menyambut pemberangkatan iring-iringan  perahu dengan antusias dan meriah. Ini menunjukkan bahwa nyadran mendapat simpati perhatian dari masyarakat Kec. Candi khususnya, masyarakat. Ds. Balongdowo dan sekitarnya.

Ketika iring-iringan perahu sampai di muara kali Pecabean perahu yang ditumpangi anak balita membuang seekor ayam. Konon menurut cerita  dahulu ada orang yang  mengikuti acara Nyadran dengan membawa anak kecil dan anak kecil tersebut kesurupan. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut masyarakat Balongdowo percaya bahwa dengan membuang seekor ayam yang masih  hidup ke kali Pecabean maka anak kecil yang mengikuti nyadran akan terhindar dari kesurupan/malapetaka. Sekitarpukul. 04.30 WIB. Peserta iring-iringan perahu tiba di dusun Kepetingan Ds. Sawohan . Rombongan peserta nyadran langsung menuju makam dewi  Sekardadu  untuk mengadakan makan bersama. Sambil menunggu fajar tiba, peserta nyadran tersebut berziarah, bersedekah, dan berdoa di makam tersebut agar berkah terus mengalir. Menurut cerita rakyat Balongdowo Dewi sekardadu itu putri dari Raja Blambangan  yang bernama Minak Sembuyu  yang pada waktu meninggalnya dikelilingi “ ikan kepiting “ itulah sebab mengapa dusun tersebut dinamakan Kepetingan. Tetapi orang-orang sering menyebut Dusun Ketingan.

Setelah dari makam Dewi Sekardadu, sekitar pukul 07.00WIB. Perahu-perahu itu menuju selat Madura yang berjarak sekitar 3 Km. Perjalanan cukup menarik bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti  pesta nyadran sebab disisi  kiri dan kanan perahu dipenuhi dengan  tumbuhan bakau yang dihiasi panorama terbitnya sinar Matahari . Sering kali  dijumpai burung bangau beterbangan terusik oleh deru mesin  perahu. Tidak dibayangkan sebelummya kedalaman pantai timur Sidoarjo ternyata cukup dangkal sehingga anak-anakpun dapat turun kelaut untuk sekedar mandi atau ikut mencoba mencari kupang.

Suasana lain yang menambah semaraknya peragaan cara maengambil kupang adalah anak-anak muda yang dengan perahunya  berputar – putar  sambil berjoget seakan-akan tidak merasa lelah. Bagi ibu-ibu dan anak kecil dengan lahapnya menyantap bekal yang telah disiapkan dari rumah sambil melihat remaja-remaja berjoget dan orang-orang berperahu ke laut dengan disertai hembusan angin laut.

Cukup mengesankan jika dilihat dari kejauhan berpuluh puluh perahu warna warni hilir mudik di tengah laut, tidak seorangpun tampak susah semua bergembira, berjoget, berpesta dan makan –makan bersama diatasperahu. Itulah yang oleh masyarakat Balongdowo dinamakan Nyadran.

Sekitar pukul 10.00 WIB. iring-iringan perahu tersebut mulai meninggalkan selat Madura. Kemudian mereka kembali ke Ds Balongdowo. Sepanjang Perjalan pulang ternyata banyak masyarakat berjajar di tepi sungai menyambut iring-iringan perahu tiba. Mereka minta berkat/makanan yang dibawa oleh peserta nyadran dengan harapan agar mendapat berkah.

Mengikuti pesta nyadran ternyata  cukup menyenangkan dan mengesankan, banyak  kegiatan dari nyadran ini  dapat dikembang kan  sebagai obyek pariwisata di Kab. Sidoarjo. Misalnya saja proses pembuangan ayam, Ziarah ke makam Dewi Sekardadu, pemandangan hutan bakau dan  mandi di tengah laut sambil mencari kupang.

Sebenarnya ada satu proses dari pesta nyadran ini yaitu “ Melarung tumpeng “ Proses ini dilakukan di muara /Clangap ( pertemuan antara sungai Balongdowo, sungai Candi, dan sungai Sidoarjo ) Proses ini diadakan bila ada pesta Nyadran atau nelayan kupang yang mempunyai nadar /kaul. Potensi wisata ini bila dikembangkan dan dikemas dengan baik bukan tidak mungkin akan dapat menambah pendapatan asli daerah. Bila hal ini dapat terwujut maka ini merupakan obyek wisata bahari pertama di Sidoarjo.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2014 ekoholic - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -